Kata “struktur” ternyata mempunyai pengertian berbeda diantara satu profesi tertentu dengan profesi lainnya. Adapun pengertian awam, sebagaimana terdapat pada “struktur kalimatnya tidak jelas“, tentu akan diartikan pada susunan tata kalimat. Bagi seorang pemrogram komputer kelihatannya masih diartikan pada hal yang sama, seperti misalnya pada “struktur data“. Itu masih dapat dikaitkan dengan susunan data dan perintah yang mengikuti aturan tertentu untuk memudahkan pengelolaan dalam pemrograman komputer. Pada bidang manajemenpun demikian juga, lihat saja tentang “struktur organisasi“, tentu masih ok juga, jika dikaitkan dengan susunan organisasi dan yang terkait.
Jadi bagi awam, kata struktur tersebut kira-kira dapat diartikan dengan kata susunan, atau yang seperti itulah. Bahkan jika digunakan pada kata struktur bangunan maka rasanya juga masih wajar jika hal itu dikaitkan dengan susunan bangunan tersebut. Pokoknya nggak anehlah jika kata susunan bisa digunakan untuk mengartikan kata struktur.
Dengan pemahaman seperti itu, lalu ketemu orang atau tepatnya insinyur yang mengaku keahliannya di bidang struktur, maka wajarlah jika timbul pertanyaan: “apa yang sebenarnya dipahami dengan keahlian tersebut ? “
Ahli struktur !
Rasanya masih banyak orang yang tidak memahami secara benar, apa artinya itu. Tentu akan berbeda jika dibandingkan dengan ahli pesawat atau ahli mesin. Pastilah orang akan membayangkan bahwa itu dapat dikaitkan dengan profesi insinyur. Karena struktur juga bisa dikaitkan dengan hal yang umum, maka tentu tidak banyak yang berpendapat jika ahli struktur itu juga dikaitkan dengan profesi insinyur.
Jika anda berpendapat bahwa ahli struktur itu juga insinyur maka bersyukurlah, karena bagaimanapun anda termasuk yang istimewa, yang sedikit itu.
Pengertian ahli struktur disini umumnya terkait dengan bidang keilmuan yang orang luar sana menyebutnya sebagai “structural engineering“, dibahasa- Indonesia-kan menjadi “rekayasa struktur”. Jadi orang yang menguasai keahlian tersebut adalah ahli rekayasa struktur, karena panjang biasanya cukup disingkat sebagai ahli struktur. Jika demikian, tentu akan berbeda pengertiannya dengan uraian saya di depan tadi.
Untuk mengetahui lebih dalam tentang ahli struktur tersebut, ada baiknya kita mengambil rujukan dari Wikipedia sebagai berikut :
Structural engineering is a field of engineering dealing with the analysis and design of structures that support or resist loads. Structural engineering is usually considered a specialty within civil engineering, but it can also be studied in its own right. Structural engineers are most commonly involved in the design of buildings and large nonbuilding structures but they can also be involved in the design of machinery, medical equipment, vehicles or any item where structural integrity affects the item’s function or safety. Structural engineers must ensure their designs satisfy given design criteria, predicated on safety (e.g. structures must not collapse without due warning) or serviceability and performance (e.g. building sway must not cause discomfort to the occupants). Buildings are made to endure massive loads as well as changing climate and natural disasters.Saya secara pribadi menyukai dengan pengertian yang disampaikan Wikipedia di atas. Dengan pengertian seperti itu, maka rasanya ada kebanggaan tersendiri jika mendapat sebutan sebagai ahli struktur, khususnya jika dibandingkan dengan sebutan ahli teknik sipil. Maklum, pada ijazah formal disebutnya sebagai sarjana/magister/doktor teknik sipil.
Structural engineering theory is based upon physical laws and empirical knowledge of the structural performance of different landscapes and materials. Structural engineering design utilises a relatively small number of basic structural elements to build up structural systems that can be very complex. Structural engineers are responsible for making creative and efficient use of funds, structural elements and materials to achieve these goals.
Eh pak Wir itu khan hanya bisa-bisanya bapak saja. Emangnya structural engineering suatu bidang ilmu yang khusus, khan hanya bagian dari civil engineering saja.
Oi, masih belum saja percaya. Di Indonesia memang begitu, belum ada orang atau kelompok orang yang secara fokus menggawangi bidang ilmu tersebut. Tetapi di dunia barat, karena begitu banyaknya orang yang terjun pada bidang tersebut, menggelutinya dan yang jelas memahaminya sebagai sesuatu kekhususan tertentu bahkan sampai menyediakan jurnal-jurnal ilmiah khusus di bidang tersebut. Tahu sendiri khan, jurnal ilmiah adalah sarana aktualisasi diri para ahli tersebut. Dengan adanya jurnal ilmiah tersebut, profesi mereka berkembang secara profesional. Khan beda di sini, kebanyakan ahli-ahli struktur nggak suka mengisi atau menulis di jurnal, aktualisasi mereka terwujud pada proyek-proyek konstruksi.
Jika ingin tahu perkembangan ilmu rekayasa struktur atau structural engineering ada baiknya anda melihat jurnal-junal ilmiah berikut :
- ASCE Journal of Structural Engineering
- International Journal of Structural Engineering (IJStructE)
- Electronic Journal of Structural Engineering
- International Journal of Civil and Structural Engineering
Keahlian di bidang rekayasa struktur (ahli struktur) menurutku tidak kalah membanggakan pula dibanding dengan keahlian seorang ahli bedah (dokter) sekalipun. Bahkan pada satu sisi tertentu ahli struktur lebih unggul, maklum yang namanya ahli bedah maka pekerjaannya hanya menyangkut kehidupan seseorang saja, tepatnya satu orang pasien yang ditanganinya. Jika sudah selesai, baru pasien berikutnya yang ditangani. Lain tentunya dengan ahli struktur, hasil pekerjaannya bisa menyangkut kehidupan banyak orang sekaligus, tidak harus satu-persatu sifatnya. Kata lain yang lebih tepat adalah bahwa keahliannya menyangkut keselamatan hidup banyak orang. Apa itu tidak lebih penting.
Untuk memahami betapa pentingnya kompetensi ahli struktur, lihatlah apa yang terjadi dengan jembatan Kutai Kartanagara (Kukar) yang baru saja runtuh tersebut. Maklum, keruntuhan yang terjadi bukan karena gempa, atau banjir atau kejadian alam, tetapi karena cara penanganan yang tidak tepat. Bukankah itu dapat menunjukkan bahwa suatu jembatan yang tidak ditangani oleh ahli yang berkompentensi baik dapat mempengaruhi langsung kekuatannya, ketika terjadi keruntuhan maka itu akan menyebabkan hilangnya keselamatan banyak orang. Banyak yang mati, begitulah.
Tentu akan berbeda, jika penanganan jembatan tersebut dapat ditangani oleh team ahli struktur yang tepat, tentu tidak akan terjadi kondisi keruntuhan yang membahayakan seperti itu. Tapi maklum, kebanyakan awam juga tidak mengetahui atau memahami bahwa betapa pentingnya keahlian rekayasa struktur yang menyangkut keselamatan orang banyak. Tentang hal itu ada yang menarik perhatian dari acara yang aku hadiri kemarin, sampai-sampai ada dosen dengan latar belakang ahli bedah yang dapat merasa jumawa berbicara di depan publik yang mengatakan bahwa karena keahliannya itu pula maka gajinya sebagai dosen wajar jika lebih tinggi daripada rekan dosen dengan keahlian yang lain.
Iri ya pak ?
O nggak dik, hanya prihatin. Maklum hidup di institusi pendidikan yang mengedepankan kasih dan pelayanan untuk kemuliaan nama Tuhan, eh ternyata di dalamnya ada yang dapat berbangga hati mengkaitkan keahliannya mengobati pasien dengan besarnya duit yang diterimanya. Ngono yo ngono, tapi ojo ngono. Itu adalah pepatah jawa yang artinya, begitu ya begitu, tapi jangan begitulah. Nggak usah diomongkanlah di depan publik, kesannya negatif. Maklum pernyataannya juga bisa diartikan bahwa hanya profesinya sajalah yang paling tepat untuk mendapatkan gaji paling besar. Padahal tujuan utama profesinya itu bukankah untuk dapat menolong orang (pasien). Bagaimana nanti jika ketemu pasien yang tidak mampu, apakah memang sudah dibekali dengan ilmu “menolak pasien tidak mampu” juga. Jika demikian, bagaimanakah kaitannya dengan kasih dan pelayanan untuk kemuliaan Tuhan tersebut. << prihatin mode on >>
Jika demikian, maka duitlah yang menjadi tujuan. Kemudian, bagaimana bisa disebut bahwa profesi dokter (ahli bedah) adalah mulia. Itu khan tidak berbeda dengan pedagang atau semacamnya itu, yang memang tujuan utamanya adalah keuntungan belaka. Yah bagaimana lagi, berbangga terhadap profesi yang digelutinya memang berbeda-beda cara orang mengungkapkannya. Sudahlah, mari kita lanjut ke “struktur” lagi.
Tempo hari di lobby Gedung B, apakah bapak juga telah melihat maket-maket susunan (struktur) bangunan yang dipamerkan ?
O iya. Tentu dong. Kalau tidak salah itu merupakan unjuk kerja mahasiswa-mahasiswa jurusan arsitektur, untuk menunjukkan ilmu yang mereka pelajari selama di semester tersebut. Maket yang dipamerkan itu adalah semacam tugas besar, begitulah.
Sebagai peng-hobby fotografy bahkan saya sempat mengambil gambar-gambarnya, sebagaimana terlihat pada foto-foto berikut :
Menarik bukan.
Pembuatan maket seperti di atas, merupakan salah satu kelebihan dari pembelajaran yang dilaksanakan di jurusan arsitektur dibanding di jurusan teknik sipil pada umumnya. Maklum sepengetahuan saya, rasa-rasanya pembuatan maket seperti di atas tidak pernah dijumpai selama menempuh pendidikan di bidang rekayasa teknik sipil selama ini, khususnya di Indonesia.
Kalaupun ada yang mirip tapi bukan buatan mahasiswa, adalah tersedianya prototipe sambungan kayu di Lab Konstruksi Kayu di UGM, di Yogyakarta, sekitar tahun 1986 – 1988. Waktu itu penanggung-jawab Lab tersebut adalah bapak Ir. RJB. Soehendrodjati. Selain itu, kelihatannya tidak ada yang dapat ditampilkan di bidang ilmu rekayasa struktur. Paling-paling hanya poster gambar struktur atau diajak masuk ke lab struktur. Itupun jika punya alat uji tarik (UTM) yang dapat dibanggakan. Maklum harganya sangat mahal, jadi di tempatkupun alat seperti itu (UTM) nggak ada.
Lho emangnya penting pak, pembuatan paket tersebut.
Pembuatan maket dapat membantu orang awam memahami visualisasi ruang secara lebih baik dari karya-karya ciptaannya. Sedangkan bagi perencananya sendiri, bukanlah sesuatu yang mutlak membantu. Itu tergantung dari orang-orangnya, dari kuat tidaknya kemampuan visualisasi ruangnya. Sebagai gambaran, seseorang ada yang dapat dengan mudah membayangkan objek 3D yang rumit di dalam benak (pikiran)-nya saja, tanpa harus menyediakan secara fisik prototipe objek 3D tersebut. Tapi ada juga yang tidak terbayangkan jika belum melihatnya secara fisik, yang umumnya dapat dibantu dengan adanya bentuk maket tersebut.
Strategi dengan pembuatan maket perlu dipelajari para arsitek karena mereka akan lebih banyak ketemu dengan client yang awam soal perteknikan. Dengan adanya maket, maka rencana arsitek tersebut dapat dipahami dengan mudah oleh client, sehingga akhirnya dapat disetujui untuk dijadikan proyek konstruksi. Adapun bagi para insinyur, proses tersebut tidak diperlukan karena mereka tidak perlu bertemu dengan client langsung, untuk mempresentasikan rencananya. Para insinyur dalam perencanaan gedung, kebanyakan hanya ketemu arsitek, insinyur lain dan tukang, atau orang-orang yang terbiasa dengan bidang teknik. Jadi pembuatan maket bukanlah sesuatu yang signifikan perlu.
Di sisi lain, insinyur jembatan agak sedikit berbeda. Mereka tidak ketemu arsitek, tetapi langsung pemilik dana, yang kebanyakan bukan orang teknik. Oleh karena itu, dalam usaha mengkomunisasikan idenya, para insinyur jembatan juga memerlukan pembuatan maket jembatan. Sama seperti para calon arsitek di atas.
Jadi sekali lagi, jika diperlukan sarana untuk mengkomunikasikan karya rekayasa ke orang awam, maka pembuatan maket adalah sesuatu yang signifikan adanya. Maket-maket anak mahasiswa dari jurusan arsitektur di atas, rasanya ditujukan untuk demikian juga. Dosennya memintanya sebagai tugas besar tersebut untuk menggali seberapa besar daya imajinatif dan kreatifnya mereka dalam pembuatan disain arsitektur.
Koq kelihatannya tidak seperti itu lho pak Wir. Coba lihat saja judul pameran yang mereka tulis, ada hubungannya lho dengan bidang rekayasa struktur.
Ternyata benar juga. Ini ada pernyataan dari calon arsitek dan gurunya tentang apa-apa yang mereka harapkan dari pameran-pameran maket tersebut.
Jadi maket-maket yang ada fotonya di atas itu bukan sekedar untuk menunjukkan seberapa besar daya imajinasi dan kreatifitas mahasiswanya, tetapi bahkan lebih jauh lagi yaitu untuk menunjukkan bagaimana suatu sistem struktur dengan eksentrisitaspun dapat digunakan untuk menghasilkan sistem (struktur) yang baik pada bangunan tinggi (tall building).
Bayangkan, sangat mengherankan sekali bagaimana bisa para mahasiswa calon arsitek di atas (tentu dengan restu gurunya yang arsitek) dapat dengan bangga menunjukkan kepada publik tentang sistem struktur yang baik pada bangunan tinggi dengan maket-maket yang mereka buat di atas. Saya sangat yakini, itu hanya bisa terjadi jika mereka tidak tahu apa yang mereka sebut sistem struktur tersebut. Bisa jadi yang mereka artikan dengan struktur bangunan adalah hanya sekedar susunan bangunan saja. Jadi yang tidak mengerti tentang arti kata “struktur” ternyata tidak hanya awam, yang mengaku arsitekpun juga ternyata tidak tahu.
Lho koq bisa begitu pak, yang mengajar arsitek senior lho, lulusan luar negeri lagi. Jangan sembarangan menuduh.
Kamu salah, aku tidak menuduh yang mengajar, aku hanya memberi komentar tulisan judul di atas. Tentang maket-maket tersebut aku pada dasarnya kagum, itulah keunggulan pembelajaran arsitek dibanding teknik sipil. Tetapi ketika tahu ternyata itu terkait dengan bidang struktur, nah disitulah aku memberi komentar. Bagaimanapun khan aku mengajar dan menggeluti bidang struktur, jadi bisa aku katakan bahwa maket-maket yang disajikan dan judul pameran yang menggunakan kata “structure and construction” tidak ada kaitannya sama sekali, bahkan sangat menyesatkan. Apalagi jika dipamerkan kepada publik, seperti di lobby B ini.
Coba lihat, pada pameran tersebut juga terdapat poster yang mengungkap interprestasi mereka tentang gaya-gaya yang bekerja pada “struktur” yang mereka design.
Dari aliran gaya-gaya yang mereka sajikan pada poster di atas, dapat diketahui bahwa mereka tidak tahu apa yang dimaksud dengan sistem struktur itu sendiri. Bagaimanapun juga, untuk mengetahui bagaimana aliran gaya-gaya tersebut bekerja maka perlu menguasai ilmu analisa struktur atau structural analysis terlebih dahulu. Tidak bisa sekedar dilihat dan di gambar begitu saja seperti yang terlihat. Pemahaman tentang analisa struktur yang tidak benar akan berdampak pada sesuatu yang bisa membahayakan keselamatan manusia. Ini serius, jadi jangan sok tahu, jika memang tidak tahu, atau dengan kata lain itu tidak profesional (amatiran).
Sabar-sabar pak, itu toh yang membuat hanya mahasiswa, calon arsitek, bukan arsitek sesungguhnya.
Oleh karena itulah menurutku itu bahkan lebih penting dan perlu ditekankan. Adanya kritik yang aku beri ini semasa dia masih menjadi mahasiswa tentu akan sangat berguna untuk mengevaluasi diri dan belajar dengan lebih baik. Jika itu adalah karya arsitek yang sudah jadi, maka hanya satu yang bisa saya sarankan, hati-hati. Jika tidak didukung oleh structural engineering yang baik, maka dapat dipastikan hasil karyanya akan berbahaya atau beresiko tinggi untuk mengalami musibah. Kalaupun didukung oleh ahli struktur yang baik, maka hasil designnya pasti akan lebih mahal, relatif dibanding sistem atau bentuk lain, karena bagaimanapun juga bentuk-bentuk yang ada di maket tersebut tidak sesuai untuk diterapkan pada bangunan tinggi.
Pak Wir, apakah itu tidak bisa diartikan untuk proses pengembangan imajinasi dan kreatifitas mahasiswa, untuk belajar membuat sesuatu yang berbeda, agar tidak sekedar meniru saja. Maklum pak, arsitek khan beda dengan insinyur.
Betul dik. Saya tahu itu, saya menghargai betul apa yang dimaksud daya imajinasi dan kreatifitas bagi seseorang, apalagi bagi calon arsitek. Itu sangat penting. Tanpa itu, anda tidak akan survive nanti. Meskipun demikian, agar anda berhasil maka anda harus berfokus. Tidak asal dapat berimajinasi dan kreatif saja. Meskipun bagi orang awam, kerja seniman dan arsitek itu kelihatannya mirip, yaitu berkaitan dengan rasa keindahan atau pemuasan jiwa, tetapi keduanya tidak sama. Jika sama, maka apa artinya perlu dua istilah.
Bagi seniman, daya imajinasi dan kreatifitas yang dapat diterapkan pada maket misalnya, adalah tidak terbatas. Sebatas maket tersebut dapat dibuat, ya sudah itulah batasnya. Jadi maket yang dibuat seniman adalah final, yaitu untuk dapat dilihat dan dirasakan saja. Sangat jarang sekali maket yang dibuat seniman kemudian dibuat dalam ukuran yang lebih besar secara langsung, pasti memerlukan keterlibatan ahli struktur agar dapat mengaplikasikan secara aman. Lihat saja pembangunan patung Garuda Wisnukencana di Bali.
Kalau arsitek bagaimana pak.
Seperti yang aku jelaskan tentang fungsi maket, yaitu untuk memudahkan arsitek mengkomunikasikan karyanya ke awam (pemilik modal). Jika disetujui maka apa yang dituangkan dalam maket tersebut nantinya akan diterapkan, akan dibangun dan tentunya untuk akhirnya dihuni. Memang nggak semua sih dihuni, misalnya Monas itu, dibangun tidak untuk dihuni.
Menurut kamu, suatu bangunan yang akan ditempati selain keindahan dan menimbulkan rasa wah, maka adakah syarat lain yang harus dipenuhi.
Ada pak, yaitu keamanannya terjamin.
Nah kamu sendiri tahu. Arsitek tidak boleh tutup mata soal itu, boleh saja indah dilihat dan nyaman ditempati, tetapi kalau gempa lalu runtuh. Bagaimana nggak boleh khan.
Jadi ngedisain arsitek, nggak boleh sembarangan seperti seorang seniman ya pak.
Ya memang begitu, itulah disebut arsitek.
Kalau yang bikin maket di atas itu kira-kira arsitek atau seniman pak.
Kamu bisa menilai sendiri. Sudah dulu ya, ini tulisannya sudah terlalu panjang. Bisa ngantuk bacanya. Itulah contoh-contoh bagaimana (ilmu) struktur dipahami oleh orang di Indonesia ini. Jadi kalau ada konstruksi runtuh, baik oleh fungsi, atau bencana alam dan akhirnya dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda tentunya dapat dimaklumi, yang menggeluti ilmu struktur dan mengembangkannya untuk diterapkan dalam kasus nyata ternyata tidak banyak.
Sumber : http://tutorialsipil.wordpress.com/2012/01/26/struktur-menurut-arsitek/
0 komentar:
Posting Komentar